Pendidikan adalah salah satu faktor kunci dalam membentuk masa depan masyarakat. Oleh karena itu, menciptakan budaya positif di sekolah menjadi hal yang sangat penting. Budaya sekolah yang positif memungkinkan siswa untuk tumbuh, berkembang, dan mencapai potensi mereka sepenuhnya. Dalam upaya untuk mencapai ini, ada beberapa konsep inti yang dapat diterapkan, termasuk disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, dan segitiga restitusi.
Disiplin positif adalah pendekatan yang menekankan pengajaran siswa tentang perilaku yang diharapkan daripada hanya menghukum mereka atas perilaku yang tidak diinginkan. Ini melibatkan pembentukan aturan yang jelas dan ekspektasi, serta memberikan pemahaman mengapa aturan tersebut penting. Dalam budaya sekolah yang positif, pendekatan ini membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa, daripada mengintimidasi atau menghukum mereka.
Manusia secara alami termotivasi oleh hukuman dan penghargaan. Namun, dalam budaya sekolah yang positif, fokusnya lebih pada pemberian penghargaan daripada hukuman. Ini bukan berarti tidak ada konsekuensi untuk perilaku yang tidak sesuai, tetapi lebih menekankan pada pengakuan dan penguatan perilaku yang positif. Penghargaan seperti pujian, pengakuan, atau sertifikat prestasi dapat memotivasi siswa untuk terus berusaha.
Pendekatan ini memahami bahwa ketika peserta didik melakukan kesalahan, mereka seharusnya tidak hanya dihukum sebagai tindakan pendisiplinan, tetapi juga harus memahami dampak dari tindakan mereka. Posisi kontrol restitusi melibatkan peserta didik dalam proses memperbaiki kerusakan yang telah mereka sebabkan, baik kepada orang lain maupun kepada komunitas sekolah. Ini mengajarkan tanggung jawab dan empati.
Keyakinan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi untuk berhasil adalah kunci dalam menciptakan budaya positif. Guru dan staf sekolah harus yakin bahwa setiap peserta didik dapat tumbuh dan belajar, meskipun pada tingkat yang berbeda. Ini memotivasi guru untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh setiap peserta didik, terlepas dari latar belakang atau kemampuan mereka.
Segitiga restitusi adalah konsep yang mempertimbangkan tiga elemen utama dalam mengatasi perilaku yang tidak sesuai: siswa yang melanggar aturan, korban, dan komunitas sekolah. Pendekatan ini mencari cara untuk mengembalikan keseimbangan dan merestitusikan semua pihak yang terlibat. Ini membantu dalam membangun hubungan positif dan mengatasi konflik dengan cara yang mendidik.
Dengan menerapkan konsep-konsep inti ini, sekolah dapat menciptakan budaya yang mendukung pertumbuhan, pembelajaran, dan perkembangan siswa. Ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek dalam mengelola perilaku siswa, tetapi juga membantu mereka menjadi individu yang lebih baik dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Menciptakan budaya sekolah yang positif adalah investasi dalam masa depan yang lebih baik untuk semua orang.
Banyak nilai juga yang perlu dikembangkan dalam guru penggerak agar kita dapat menciptakan budaya positif peserta didik yaitu dengan menerapkan konsep-konsep sebagai berikut.
Red. khusnul
Komentar Terbaru